Dalil Aqli dan Dalil Naqli
Bukti Keberadaan Allah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat Saung Ngaji. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas topik yang menjadi dasar dari segala dasar dalam Islam, yaitu bukti keberadaan Allah SWT.
Banyak orang bertanya, apakah keberadaan Allah bisa dibuktikan dengan akal? Apakah hanya berlandaskan iman? Ternyata, dalam khazanah ilmu tauhid, para ulama telah menguraikan bahwa bukti keberadaan Allah bisa ditinjau melalui dua jalan:
di pembahasan kali ini, akan mengajak kita merenung dengan santai, namun tetap ilmiah, agar hati semakin mantap dan iman semakin kuat. Yuk kita bahas!
1. Dalil Aqli: Bukti Allah Melalui Akal
Dalil aqli adalah argumen logis yang bisa ditangkap oleh akal sehat. Para ulama ilmu kalam menggunakan berbagai pendekatan untuk menunjukkan bahwa Allah benar-benar ada dan Maha Esa. Berikut beberapa di antaranya:
a. Dalil al-Huduts (Kebaharuan)
Alam ini tidak kekal, ia berubah-ubah. Sesuatu yang baru tentu ada yang menciptakan. Maka, mustahil alam tercipta tanpa pencipta.
Contoh: pergantian siang dan malam, lahirnya manusia, matinya makhluk, semuanya tanda bahwa alam ini baru (hadits) dan membutuhkan Pencipta.
b. Dalil al-Imkan (Kemungkinan)
Segala sesuatu mungkin ada dan mungkin tidak ada. Karena itu, mustahil sesuatu mewujudkan dirinya sendiri. Harus ada yang bersifat Wajibul Wujud, yaitu Allah SWT, yang mewujudkan segala yang mungkin ada.
c. Dalil an-Nazhm (Keteraturan)
Alam semesta berjalan dengan sangat teratur: orbit planet, siklus air, sistem tubuh manusia, semuanya harmoni. Mustahil keteraturan ini tanpa pengatur. Maka Allah-lah Sang Pengatur.
d. Dalil Fitrah
Manusia pada fitrahnya mengakui keberadaan Tuhan. Saat dalam kondisi genting, manusia spontan berdoa kepada Yang Maha Kuasa, walaupun sebelumnya lalai.
e. Dalil Kausalitas (Sebab Akibat)
Segala sesuatu pasti ada sebabnya. Tidak mungkin rantai sebab ini berlangsung tanpa akhir. Maka harus ada Sebab Pertama yang tidak disebabkan oleh apapun: yaitu Allah SWT.
2. Dalil Naqli: Bukti Allah dari Al-Qur’an
Selain akal, dalil yang lebih kuat adalah wahyu. Al-Qur’an penuh dengan ayat yang mengajak kita berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah. Berikut beberapa dalil naqli:
a. QS. Al-Baqarah [2]:164
b. QS. Al-Anbiya [21]:30
\nc. QS. Ali Imran [3]:190-191
d. QS. Az-Zariyat [51]:20-21
3. Dalil dari Hadis Nabi
a. Hadis tentang tadabbur ciptaan Allah
b. Hadis tentang fitrah manusia
c. Hadis Qudsi tentang prasangka hamba
4. Refleksi: Akal, Wahyu, dan Fitrah Bertemu
Dari uraian panjang di atas, kita bisa melihat bahwa antara dalil aqli dan dalil naqli tidak pernah bertentangan. Akal yang jernih justru mengantarkan kepada pengakuan bahwa Allah itu ada. Al-Qur’an dan hadis datang sebagai penguat sekaligus penjelas. Dan fitrah manusia memang sejak awal condong untuk mengakui adanya Sang Pencipta.
Sahabat Saung Ngaji, mari kita jadikan bukti-bukti ini sebagai penguat iman. Jangan sampai kita lalai oleh dunia, karena setiap tanda di sekitar kita sejatinya sedang berbicara: bahwa Allah Maha Ada, Maha Kuasa, dan Maha Bijaksana.
Kesimpulan
Bukti keberadaan Allah dapat kita lihat dengan akal (dalil aqli) maupun wahyu (dalil naqli). Alam yang baru, keteraturan, hukum sebab akibat, dan fitrah manusia menjadi hujjah akal. Sementara ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW menjadi hujjah naqli. Semuanya bersatu menunjukkan bahwa Allah itu benar-benar ada, Maha Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya.
Semoga pembahasan kali ini bisa menjadi bahan renungan sekaligus tambahan ilmu bagi kita semua. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
1. Apa itu dalil aqli?
Dalil aqli adalah dalil yang bersumber dari akal/logika manusia. Dengan akal sehat, kita bisa menyimpulkan adanya Allah SWT melalui ciptaan-Nya, keteraturan alam, hukum sebab-akibat, dan fitrah manusia yang selalu mencari Tuhan.
2. Apa itu dalil naqli?
Dalil naqli adalah dalil yang bersumber dari wahyu Allah, yaitu Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ. Dalil ini bersifat mutlak dan menjadi pegangan utama umat Islam dalam memahami keberadaan Allah dan segala ajaran agama.
3. Apa perbedaan dalil aqli dan dalil naqli?
Dalil aqli menggunakan akal dan logika untuk membuktikan keberadaan Allah, sedangkan dalil naqli menggunakan wahyu (Al-Qur’an dan hadis). Keduanya saling melengkapi: akal mengantarkan manusia kepada kebenaran, sedangkan wahyu meneguhkan dan meluruskannya.
4. Mengapa dalil aqli tetap penting padahal kita sudah punya Al-Qur’an?
Karena akal adalah anugerah dari Allah. Dengan akal, kita bisa merenungkan ciptaan Allah lalu meyakini kebenaran wahyu. Bahkan Al-Qur’an sering memerintahkan manusia untuk berpikir (*afalā ta‘qilūn*).
5. Contoh dalil aqli tentang keberadaan Allah itu apa saja?
- Dalil al-Huduts (segala sesuatu yang baru pasti ada yang menciptakan).
- Dalil al-Imkan (segala yang mungkin butuh pihak yang wajib wujud, yaitu Allah).
- Dalil an-Nazhm (keteraturan alam semesta menunjukkan ada pengatur).
- Dalil fitrah (naluri manusia yang selalu cenderung kepada Tuhan).
6. Contoh dalil naqli tentang keberadaan Allah itu apa saja?
- QS. Al-Baqarah [2]:164 tentang penciptaan langit, bumi, siang, malam, hujan, dan tumbuhan.
- QS. Adz-Dzariyat [51]:56 tentang tujuan penciptaan jin dan manusia.
- Hadis: “Berpikirlah tentang ciptaan Allah, jangan berpikir tentang zat Allah.”
7. Mana yang lebih kuat, dalil aqli atau dalil naqli?
Dalil naqli lebih kuat karena bersumber dari wahyu yang pasti benar. Namun dalil aqli juga penting sebagai penguat dan penuntun sebelum seseorang mengenal wahyu. Keduanya saling melengkapi.
8. Apakah orang bisa mengenal Allah hanya dengan akal tanpa wahyu?
Secara dasar, iya. Akal bisa mengenal adanya Pencipta. Tapi untuk detail bagaimana beribadah, mengenal sifat-sifat Allah dengan benar, dan menjalani syariat, manusia butuh wahyu sebagai petunjuk.
9. Bagaimana peran fitrah manusia dalam dalil aqli?
Fitrah manusia sejak lahir sudah memiliki naluri untuk mencari Tuhan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Kullu maulūdin yūladu ‘alal-fitrah...” (Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah). Artinya, akal dan hati manusia cenderung kepada pengakuan adanya Allah.
10. Mengapa Al-Qur’an sering memadukan antara dalil aqli dan dalil naqli?
Karena Allah ingin mengajak manusia menggunakan akal untuk memahami wahyu. Dengan begitu, keimanan tidak hanya sekadar ikut-ikutan, tapi diyakini dengan hati dan akal sehat.
Posting Komentar untuk "Dalil Aqli dan Dalil Naqli"